Menyayangimu Adalah Pilihanku
By : Bella Heni
Susanti
Matahari telah terbit menyinari
dibalik jendela kamar tidurku. Burung-burung berkicau seakan membangunkanku
dari mimpi indahku. Aku pun terbangun dan beranjak turun dari tempat tidurku.
Melangkah menuju sisi kiri kamarku, mengambil handuk dan bergegas memasuki
kamar mandi. Tak lama kemudian aku mulai mengenakan seragam sekolahku yang
baru. Seragam putih abu-abu yang melambangkan bahwa aku telah beranjak dewasa.
Dan dapat memilih pergaulan yang ku inginkan. Tapi pergaulan yang positif ya
guys, bukan pergaulan yang negatif. Setelah selesai persiapan sekolah, aku
langsung turun dan menuju meja makan, karena aku telah ditunggu oleh Mama,
Papa, dan Kak Vella Angela. Aku dan kakakku sekolah di SMU yang sama, yaitu SMU
Bhikars. Selesai sarapan aku dan kakak langsung berangkat menuju sekolah.
Sesampainya disekolah aku berjalan
melewati lorong yang ditepinya banyak siswa lain dengan aktifitasnya. Saat aku
berjalan banyak pasang mata yang memperhatikanku dan mencoba menggoda ku, namun
aku tak menghiraukannya karena bagiku itu hanya hal yang biasa dilakukan oleh
ABG zaman sekarang. Sesampainya di kelas aku duduk disamping sahabatku Alivia.
Dia sahabat dekat ku, dari kecil kita selalu bersama, melewati segala hal
bersama, susah senang kita lewati bersama.
Tett. .
. Tett. . . Tett. . . !!
Bel
tanda istirahat berbunyi. Aku dan Via menuju ke kantin untuk mengisi perut yang
sudah keroncongan dari tadi. Setelah memesan makan dan minum, aku bingung harus
duduk dimana karena meja dikantin telah dipenuhi oleh anak-anak yang lain. Lalu
mata ku tertuju pada bangku yang di duduki seorang lelaki tampan, berambut
mohawk, bertubuh ideal. Meja itu berisikan 4 bangku, lalu aku dan via menuju
kesana. Aku pun berbicara kepada lelaki itu “Hay kak, bolehkah saya dan teman
saya duduk disini ?”. Lelaki itu menjawab pertanyaan ku dengan raut wajah yang
mempersilahkan aku dan via duduk, tanpa mengeluarkan satu kata pun. Namun, bagi
ku itu tidak masalah yang penting aku dan via bisa makan dan perut kami tidak
keroncongan lagi.
***
Akhirnya jam sekolah pun berakhir,
aku dan teman-teman yang lain langsung keluar dari kelas dan bergegas untuk
pulang. Saat aku berjalan menuju gerbang sekolah, tak disangka ada bola basket
meluncur mengenai kepala ku. “Duggsss. . . . .” aku terjatuh dan tak tahu lagi
apa yang terjadi, saat aku terbagun aku melihat lelaki yang dikantin tadi dan
ternyata lelaki itu Vito Tagaya sang kapten basket yang kece, keren, ganteng,
tajir, dan yaa. . . banyak lagi kelebihannya dan banyak sekali cewek yang
menggandrungi dia dan dia sering disebut “Lelaki Sempurna”. Namun apa daya ku,
aku merasakan sakit dikepala ku dan rasanya sangat berat untuk bangun dari
ranjang UKS ini. Lalu kak Vito membantuku untuk bangun dan berkata “Hay, kau
tak apa-apa kan ? Maafkan aku ya, aku tak sengaja” Aku hanya mengangguk
pertanda bahwa aku memaafkannya.
Setelah itu kak Vito menawari ku
untuk pulang bersamanya dan aku pun ikut dengannya. Dia mengajakku menuju mobil
sport berwarna merah dengan nomor polisi “V 1 TO”. Yah. . . nomor polisi itu
mengartikan namanya.Dan sudah pasti itu mobilnya, dalam perjalanan pulang dia
bertanya kepada ku “Siapa Nama mu ?”. “Nama ku Snella Angela, kmu bisa
memanggilku Nella”. “Oh, Ok Nella. Hmm
dimana rumah mu ?” tanyanya. Di Perum Cendrawasih No.3. Dia terkejut dan
langsung menginjak rem mobilnya dan berkata “Apa ? Perum Cendrawasih ? Loh kok
sama sih rumah kita, Perum Cendrawasih No.3 itu ada didepan rumah ku. Tapi
setauku disana hanya ada Vella, anak kelas 3 biologi”. Iya, kak Vella itu
kakakku dan aku memang baru disini karena sewaktu SMP aku tinggal di Bandung
bersama oma. Karena oma gak ada temennya, tapi sekarang oma udah meninggal
makanya aku kembali ke Jakarta dan berkumpul dengan keluarga. Gitu kak ceritanya.
“Oh gitu. . . pantesan aja aku gak pernah lihat kamu” jawabnya. Seketika mobil
mewah ini berhenti, ternyata sudah sampai
dirumah. Aku turun dari mobil, kak Vito pun membantuku dan kita duduk
sejenak di teras rumahku. Kak Vito memandang kening ku yang memar lalu
mengusapnya dengan jemarinya yang begitu halus dan tulus untuk menolong ku.
Jemarinya berhenti bergerak, tatapan matanya begitu tajam memandangku, namun
tatapannya menghilang saat kak Vella membuka pintu dan membuat ku terkejut.
Setelah itu aku masuk kerumah dan kak Vito pulang.
***
Matahari yang terang telah
menghilang, tergantikan dengan bulan sabit yang melengkung seperti senyum manis
bibir seseorang yang ku nantikan, bintang pun berkelap kelip bertebaran di
langit. Sungguh sangat indah, semua ini pertanda bahwa hari telah malam, aku
pun terbaring di atas ranjang kamarku yang empuk dengan lampu tidur yang
remang-remang. Aku mulai mengistirahatkan tubuh dan fikiranku agar besok pagi
aku tetap fresh dan fikiranku jernih.
Tak lama aku tertidur, aku mendengar
suara berdering dari atas meja, ternyata suara jam wecker milikku yang telah
menunjukkan pukul 06.00 aku langsung bergegas bangun dan mempersiapkan diri
untuk sekolah. Hari ini kak Vella berangkat bersama teman-temannya dan aku
terpaksa harus menunggu taxi. Sudah lama aku menunggu namun tak ada taxi yang
lewat, lalu kak Vito membunyikan klacksound mobilnya dan menyuruhku untuk ikut
bersamanya. Aku pun ikut “dari pada aku ntar kesiangan mendingan nebeng aja,
hhehe lumayan gratis” gerutu ku dalam hati. Sesampainya disekolah seluruh mata
menjuru pada ku dan memandang tajam ke arah ku dan kak Vito.
Sudah lama aku mengenal kak Vito,
ada rasa yang tak biasa dalam hati ku saat dekat dengannya. Sore itu kak Vito mengajakku
ke taman kompleks dan menyatakan cinta kepada ku, namun aku belum menjawabnya.
Malam harinya aku chatting dengan Via, dan Via bilang kepada ku bahwa dia suka
sama kak Vito.”Aku dilema, Aku harus bagaimana?”
Malam itu diriku terselimuti rasa
bimbang, aku mencintai kak Vito akan tetapi aku pun menyayangi Via. Jika aku
menerima kak Vito aku akan menyakiti Via, aku tak sanggup jika aku bahagia di
atas penderitaan orang lain. Apalagi itu Via, orang yang selalu ada untukku. Oh
Tuhan… izinkanlah aku untuk memilih yang terbaik untukku, Hilangkan rasa dilema
ini Tuhan..
***
Setelah beberapa hari berfikir aku
akan mempertahankan persahabatan ku. Aku memilih sahabat dari pada cinta,
karena sahabat segalanya bagiku. “Kak Vito maafkan aku, aku juga mencintaimu
namun aku tak bisa menerima mu. Aku mempunyai alasan yang kuat, yang mungkin
tak bisa ku jelaskan pada mu. Aku pamit kak, aku harus kembali ke Bandung maaf
jika aku membuat hati mu tergores” surat yang ku tulis untuk kak Vito. Tak
sampai hati untuk ku pergi dari mu kak, namun apa boleh buat keadaan memaksa ku
untuk pergi karena aku sayang mereka berdua dan tak akan ku biarkan setetes air
mata kecewa membasahi pipinya. Biarlah aku yang menangis, biarlah aku yang
tersakiti, jika itu akan membuat semua orang tersenyum terutama Via, sahabat
karib ku.
3 bulan
kemudian . . .
Via
menyusul ku ke Bandung ia bersama kak Vito dan lelaki yang tak ku kenal. “Nella,
I Miss You So Much” teriak Via sambil memelukku kegirangan. Lalu Via
mengenalkan lelaki itu, ternyata dia Dante, kekasih Via. Dan Via sadar bahwa
hanya aku orang yang dicintai kak Vito dan Kak Vito hanya menunggu ku. Via
bermaksud untuk mempertemukanku dengan kak Vito agar aku kembali dengan kak
Vito.
“Nella mengapa kau pergi
meninggalkanku? Apa salah jika aku menyayangi dan mencintai mu sepenuh hati
ku?” tanyanya. “Tidak ada yang salah kak, kakak gak salah tapi mungkin aku yang
tak bisa memilih. Karna Via juga. . .”
STOP!
Cukup..!! “Aku sudah mengetahui apa alasanmu, aku mengerti” putus kak Vito.
“Maafkan aku jika aku membuat mu kecewa dan terluka, aku tak ada maksud apa-apa
dan maafkan aku jika aku adalah pilihan yang salah untukmu” kata ku.
“Mencintaimu adalah pilihanku.
Apapun yang terjadi aku akan tetap mencintaimu. Tak akan ada yang mampu merombak cinta ku kepada mu”
jawabnya.
Aku pun menangis dalam pelukannya.
Tiba-tiba Via datang dan berkata “Dia adalah cinta mu, kejarlah dia, dan
pertahankan dia, jangan pernah kau lepaskan dia”
Aku sangat bahagia dan aku langsung
memeluk Via. Seakan semangat ku berkobar kembali. Terimakasih sahabat, kau lah
yang terbaik untukku. Dan terimakasih kak Vito kau telah menyayangi ku dan
mencintai ku sepenuh hatimu.
Casino City - Mapyro
BalasHapusThe casinos at the Casino City were named for the 강릉 출장샵 artists 안동 출장샵 and hotel designer Frank 청주 출장마사지 Porcaro, 경상북도 출장샵 whose paintings and sculptures have been featured 남원 출장마사지 at a variety of